Jika anda
pelesir ke Kota Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, maka sempatkanlah diri anda
untuk berkunjung ke berbagai objek wisata yang ada disana. Salah satu objek
wisata alam yang tidak boleh dilewatkan adalah Taman Wisata Alam Bukit Sulap.
Sebab
Dinamai Bukit Sulap
Namanya yang unik menjadi salah satu penarik rasa ingin tahu para wisatawan. Tak ada makna tersembunyi dalam nama tersebut.
Bukit
Sulap yang mulai terlihat menjelang siang (sumber : ksmtour.com)
Bukit Sulap
seolah memang memiliki sulapnya sendiri dalam mengelabui mata orang-orang yang
melihatnya. Bentuk Bukit Sulap dari kejauhan akan tampak berbeda-beda,
tergantung dari sudut pandang orang yang melihatnya. Selain itu, Bukit Sulap
juga tampak ‘menghilang’ ketika pagi hari dan baru muncul menjelang siang hari.
Hal tersebut dikarenakan kabut tebal yang muncul dan menyelimuti Bukit Sulap,
sehingga Bukit Sulap tidak terlihat dari kejauhan.
Wisata
Alam yang Ditawarkan Bukit Sulap
Bukit Sulap
adalah salah satu wisata pendakian yang cukup populer di Sumsel, selain Gunung
Dempo di Pagaralam dan Bukit Serelo di Lahat. Salah satu keistimewaan Bukit
Sulap adalah bahwa objek wisata satu ini termasuk ke dalam wilayah Taman
Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang tersebar di
beberapa provinsi di Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel). Bukit Sulap
adalah rumah dari beberapa fauna langka seperti monyet berekor panjang, lutung,
rusa, trenggiling dan merupakan koridor bagi harimau sumatera.
Terdapat dua
alternatif yang tersedia bagi wisatawan untuk mencapai puncak Bukit Sulap,
yaitu jalur pendakian biasa dan kereta miring (inclinator). Tidak membutuhkan
waktu lama untuk mencapai puncak Bukit Sulap dengan pendakian biasa. Dalam
cuaca yang bagus, setidaknya puncak Bukit Sulap bisa dicapai dalam waktu satu
jam saja. Wisatawan yang memilih mendaki juga berkesempatan untuk berinteraksi
langsung dengan keindahan alam di Bukit Sulap. Meski demikian, alternatif
kereta miring juga patut dicoba. Berbeda dengan kereta biasa yang melaju di
atas permukaan yang datar, kereta miring justru sengaja dirancang untuk
bergerak di atas rel yang menanjak. Usut punya usut, jalur kereta miring di
Bukit Sulap ternyata adalah yang terpanjang di seluruh Indonesia. Jalur
sepanjang kurang lebih 600 meter
tersebut dibagi dalam empat trek, masing-masing dengan tingkat kelandaian yang
berbada. Trek ketiga dan keempat memiliki kemiringan paling landai, yaitu 40
derajat.
Salah
satu trek kereta miring di Bukit Sulap (sumber : infollg.net)
Bagi
masyarakat Lubuklinggau dan Musirawas, Bukit Sulap memiliki arti yang penting.
Selain sebagai sentral gravitasi sektor pariwisata Lubuk Linggau, Bukit Sulap
juga menyimpan bukti sejarah yang belum terpecahkan seutuhnya. Di salah satu
sisi lerengnya, tepatnya di Ulak Lebar, terdapat beberapa makam dan menhir yang
dikeramatkan oleh penduduk setempat. Konon, salah satu makam tersebut adalah
milik Bujang Kurap, salah satu tokoh masyarakat tersohor dari Bumi Silampari.
Penduduk lokal berkeyakinan bahwa selain makam tersebut, awalnya di Ulak Lebar
juga terdapat sebuah pemukiman yang kini telah hilang tanpa meninggalkan jejak,
kecuali sebuah bukit berbentuk benteng yang memanjang dari Sungai Kelingi
hingga Sungai Ketue. Misteri hilangnya pemukiman tersebut menjadi muasal dari nama
silampari yang berarti “pemukiman yang hilang”.
Pernah
Mendunia di 2014
Keindahan
wisata alam di Bukit Sulap bukan hanya dinikmati oleh wisatawan. Pada November
2014 lalu, Bukit Sulap turut dipromosikan secara mendunia dengan menjadi tuan
rumah penyelenggaraan Asian Mountain Bike Championship 2014. Setidaknya 16
negara mengirimkan atlet delegasi mereka untuk turun dalam kompetisi tersebut.
Berbeda dengan negara-negara lain yang biasanya menggunakan jalur buatan
sebagai trek perlombaan, di Bukit Sulap, para atlet harus berjibaku menempuh
jalur alam yang berbatu dan landai. Kejuaraan sepeda gunung tersebut turut
mendorong Pemerintah Kota Lubuk Linggau untuk membangun beberapa fasilitas yang
masih bisa dimanfaatkan hingga saat ini, antara lain shelter atlet yang
dibangun di lereng Bukit Sulap serta kereta miring yang kini dapat dinikmati
oleh wisatawan.
Sumber: www.srivijaya.id